Friday, March 16

Menulis

Aku suka menulis. Suka sekali. Menulis apa saja. Yang penting maupun tidak penting. Yang curhat maupun menyalurkan imajinasi. Pas lagi sedih, dan nggak punya seseorang untuk cerita, aku nulis apa yang tak rasain. Kalo beruntung, hasil tulisannya itu bagus, jadi semacam puisi gitu. 

Aku inget dulu pas SD, aku sering nulis cerpen di buku tulis. Ada tiga atau empat cerpen. Rencananya mau dibuat banyak cerpen buat hadiah ulang tahun mama. Tapi karena aku nggak serius jadinya berhenti. Bukunya hilang, terlupakan. Lalu aku juga sering berusaha buat novel, biar jadi kayak KKPK gitu. Waktu SD juga. Awalnya ditulis di kertas folio HVS, terus di steples per chapter. Terus akhirnya di re-write di buku tulis bersampul Disney Princess. Aku masih inget ceritanya, tentang petualangan para peri mencari tiga berlian yang bisa menyelamatkan dunia. 
Tapi akhirnya ide-ide dan imajinasi itu terbengkalai. Sampai sekarang.

Aku juga suka menulis fanfiction Idola Cilik, dulu waktu jaman aku ngefans sama Cakka. Waktu ada fansite Idola Cilik, ceritaku ku posting online. Banyak yang suka cerbungku, tapi anehnya itupun berhenti lagi.

Waktu kelas 6 SD, aku mulai meremehkan KKPK. Karangan-karangan anak-anak tersebut, bagiku, masih jauh di bawah standarku. Kurang bagus, menurutku. Entah apa yang membuatku berkata begitu. Pokoknya aku sering mengkritik buku KKPK. Jahat ya aku. Gara-gara itu, aku jadi terpacu lagi buat bikin cerita. Aku bikin proyek novel, tentang adventure challenge sekelompok remaja bertualang di Perancis. Nama tokoh utamanya Lorra, Lorraine Denzer. Aku ingat sekali. Cerita itu kuketik di laptop, kusimpan di flashdisk. Aku sering dapet bantuan dan saran dan Kak Yuliana Indriani, kakak ini merupakan penulis cerpen dan cerbung yang ulung, dia mahasiswi di Palembang. Kita kenalan lebih jauh di twitter dan dia kupanggil "mama".

Hingga pada kelas satu SMP flashdisk itu hilang, ketika aku mengumpulkan sebuah tugas. Dan aku sangat sedih sekali, sangat down sekali menerima kenyataan bahwa aku tidak punya back-up file novel tersebut. Aku marah, kecewa, dendam kesumat, dan aku berhenti menulis. Stop. 

 Tapi akhirnya, toh aku rindu menulis. Aku buat sebuah cerpen berjudul Dream On, yang kukirim ke majalah Jaws. Aku bangga sekali waktu itu, cerita pertamaku yang di terbitkan di media, meskipun hanya majalah sekolah. Apalagi banyak yang suka ceritaku, padahal cerita itu biasa saja. 
Aku pun menulis novel baru lagi. "cerita baru untuk awal baru," pikirku waktu itu.

Dengan giat aku menulis, ceritanya bertema fantasi dan persahabatan. Judulnya, The Tale of Corona. Devina, my mate, banyak ngasih ide. Tapi sekarang? Cerita itu mandeg di halaman microsoft word-nya yang ke 64. Kenapa? Karena penulisnya terlalu malas untuk melanjutkan, sering menunda-nunda.

Parah kan? Sebegitukah aku? I just turned down one of my dreams.
Kejamnya diriku. Kejam pada mimpi-mimpiku.

Tapi barusaja, aku iseng membuka-buka archive blognya Ifa. Disitu kutemukan sebuah postingannya yang membahas cerpen Dream On-ku, dan rasanya itu seperti............memberi pencerahan. Ilham. 

Aku nggak boleh berhenti. Tidak setelah sebanyak ini.
Dan aku bertekad untuk menulisnya sampai selesai.
KARENA AKU SEORANG PEMIMPI DAN SEHARUSNYA AKU HARUS BEKERJA KERAS UNTUK MERAIH MIMPI-MIMPI ITU, BUKANNYA MALAH BERDIAM DIRI DAN MENYERAH SEPERTI ORANG BODOH.
Bismillahirrahmanirrahim.

*
mungkin bagi kalian ini lebay. tapi, people's thoughts simply cant bring me down.

No comments:

Post a Comment