Saturday, October 22

Aku, sastra, melodi, dan foto.

Halo semua. Aku nggak tau kenapa aku nulis ini. Sumpah. Berasa pengen curhat yaudah jadinya jadi kayak gini deh -_- Maaf kalo bahasanya aneh, aku lagi pengen nulis kayak gitu. 
__________________________________________________________________________________


Aku menghabiskan banyak waktu untuk berpikir, untuk merenung, berimajinasi, dan bermimpi.
Tapi mengapa aku masih tak tahu jawabannya?

Apakah bakatku yang sesungguhnya?

Jujur saja, setiap memikirkan itu, aku menjadi semacam patah semangat, seakan optimismeku yang biasanya melambung jauh dikurangi persentasenya. 
Setiap memikirkan hal itu, hatiku berkecamuk, seakan-akan ingin membisikkan sebuah kebenaran yang ia sendiri tidak tahu apa itu. Tidak sadar akan kebenaran itu sendiri, meskipun ia tahu, hati kecil itu tahu, apa yang sebenarnya ia punya, apa yang seharusnya ia lakukan. Hanya saja ia tidak bisa, ia tidak mampu mendefinisikannya, tak bisa memberitahu pada si pikiran.
Ah, hati dan pikiran, dua hal yang berlawanan. Selalu begitu. Sudahlah, kau tak perlu mendengarku mencurahkan filsafah aneh mengenai hati dan logika yang diam-diam kuciptakan sendiri, yang berkumpul ribut dalam otakku.

Kembali ke topik. Bakat, hm? Bakat adalah sesuatu kelebihan atau kemampuan menonjol yang ada dalam diri seseorang, jika kau tak tahu. Tapi aku yakin kalian semua sudah tahu hal sepele itu.

Aku selalu berfikir, apa bakatku? 
Atau jangan-jangan.......aku memang tidak punya bakat apapun.
Oh tidak, tolong jangan biarkan itu terjadi. Tidak tidak dan tidak.
Mari kita telusuri aspek apa saja yang termasuk kemungkinan bakat umum dalam diri seseorang. (Ini teoriku sendiri, jangan terlalu dipikirkan).

Menulis. 
Ah, menulis? Apa? Kukira semua orang bisa menulis. Ah, mengarang lebih tepatnya. Sebuah cerita. Sebuah karya sastra. Yang diperas dari butir-butri inspirasi serta intisari perasaan. Astaga, mengarang bukanlah hal yang mudah, kau tahu. 
Tapi mari kita lihat apa hubungannya bakat literatur ini dengan aku. Memang benar, aku suka menulis. Mengarang, atau apalah kau menyebutnya. Tapi kupikir itu bukan bakat karena yah, tidak bagus. Aku selalu ingin menjadi penulis, dianggap dan diakui sebagai penulis. Tapi apa boleh buat. Kenyataannya memang aku tak bisa menorehkan sedikit saja masterpiece. Aku ini bicara apa sih. Tentu saja bukan tidak bisa, tapi belum bisa. Amin. Tuh kan, optimismeku ini memang sedikit berlebihan.

Musik.
Ahaa, salah satu bakat paling umum yang bisa kautemui dalam diri setiap orang. Musik adalah sebuah hal yang absurd, undescribeable, tak dapat dijelaskan pokoknya. Aku sendiri sudah jatuh cinta pada musik, dan mungkin, mungkin saja aku tak bisa hidup jika sehari tidak mendengarkan alunan nada sama sekali. Ahahaha. Bayangkan betapa suramnya hidupmu jika tak pernah ada musik. Ow, aku tak berani membayangkan, terlalu suram dan kosong. 
Setiap mendengarkan musik, aku merasakan....banyak hal. Emosi, perasaan. Jika mendengarkan lagu sedih, atau melankolis, mau tak mau aku pun teringat pada hal-hal yang pernah membuatku menitikkan air mata. Seperti itulah. Itu hanya dari segi jiwa. Dari segi fisik, setiap mendengarkan lagu yang kutahu, aku selalu ingin menyanyikannya. Tak peduli seburuk apapun suaraku. Aku selalu membanyangkan memainkan sebuah simfoni dengan sebuah alat musik. Seriously. Tak terhitung  banyaknya aku pernah membayangkan diriku sendiri berada di sebuah panggung dan menampilkan sebuah persembahan musikal yang spektakuler. 
Pada kenyataannya, sejujurnya, aku belum bisa bermain musik apapun. Apapun. Mungkin pianika. Yah, benar sih, aku punya sebuah keyboard di rumah. Tapi aku belum les jadi yah, belum bisa memainkannya dengan ahli. Tapi aku sangat punya ketertarikan yang tinggi akan keyboard! Terimakasih kepada Beethoven, Mozart dan Greyson Chance yang telah menginspirasiku :)
Selain itu, aku juga mengikuti ekskul Orkestra yang pada dasarnya kuikuti karena penasaran plus iseng dibumbui sedikit ketertarikan. Dan aku ini, yang sama sekali tidak mengerti senar-senar stuff dan tidak bisa main gitar, akan main biola. Wow. Wow. Oh.-_- Aku sedikit pesimis, kawan, bisakah aku? Bisakah? Yes, leave that question hanging as a retorical question.
Selain itu, aku tidak punya biola soalnya tidak ada dana yang bisa dipakai. Tabungan? Ada sih. Namun aku ragu ayah akan memperbolehkanku memakainya. "Itu kan buat kuliah!" begitu. Padahal main biola sangat mengasyikkan. Ya Allah, berikanlah aku sebuah biola. Amin.

Fotografi.
Apa yang bisa kukatakan? Fotografi menyenangkan. Rasanya saat kau berada dibalik lensa kamera dan menekan tombol capture adalah seakan kau bisa membekukan momen dan mengendapkannya dalam memori. It's awesome, kawan. Dan apalagi saat kau melihat hasil jepretanmu, jika itu bagus, dan jika kau kebetulan mendapat efek luminouscence yang indah, wow, betapa happynya.
cukup. pengalamanku di bidang fotografi? bisa dibilag tidak ada. Aku pun tidak punya kamera personal sendiri, yang kupakai itu punya keluarga, semacam itulah. aku tidak punya lensa tambahan, tidak punya baterai tambahan. Tapi aku tidak terlalu peduli sih. Yang penting aku bisa memotret, meskipundengansangatburuksekali. Tapi aku yakin aku bisa lebih baik lagi. Semangat!

__________________________________________________________________________________

Sudah selesai curhatnya. Maaf kalo ada misstypo. Males ngoreksi. Makasih :D

No comments:

Post a Comment