Tuesday, May 14

Njoki?!

Jadi kemarin aku ngobrol sama beberapa temen, bukan temen satu sekolah sih. 
Lalu kita sampai ke topik tentang Unas.

Dan mereka dengan santainya saling bercerita bahwa mereka njoki pas unas. Dengan santainya cerita sambil ketawa-ketawa tentang perjuangan membuka kunci jawaban joki. Dan bahwa sekelas itu njoki semua.
And then I hyperventilated, drank nearest poison available and die. Nggak ding. Aku cuma diem, memandangi mereka dengan ekspresi heran dan shock. Sampe bingung mau ngerespon apa. Aku mangkel dan gelo, kok rasanya nggak adil banget gitu. Betapa mudahnya mereka melakukan hal seperti itu tanpa rasa bersalah, tanpa rasa malu cerita di depanku.

Lalu salah satu dari mereka tanya, 
"Lho kamu kenapa kok nggak njoki dir?"(dicapslock biar dramatis dong.)
.
.
.
.
.
and I was like, OHMYGOD!
Bukannya harusnya aku tanya ya, "Kamu kenapa njoki?!"

Oke oke, bukannya aku merasa kepinteren sampe nggak mau pake joki, bukannya aku merasa terlalu percaya diri. Aku juga gak sepinter itu sih, bukan berarti aku bakal dapet nilai 40 sempurna (aamiin sih), tapi ya.......aren't we supposed to do the right thing?

Dan bukannya aku munafik ya. Pasti sih, semua orang pernah melakukan tindakan yang nggak jujur. Aku juga sering lah. Heck, we're humans!, dan kita, aku, nggak pernah tahu apakah kita besok di masa depan akan melakukan tindakan semacam 'njoki'. Tapi kan kalo misalnya melakukan tindakan hal yang tidak jujur yang menyangkut impian SMA banyak anak, waaaah, tega kalian?

Kan anak-anak yang nggak njoki merasa geregeten banget kan sama yang njoki, apalagi sama yang 'bangga' dengan menjoki. Secara tidak langsung, menurutku, kan mereka bisa aja mengambil kesempatan kita untuk masuk SMA favorit. Semacam itulah. (Tapi untungnya sih ada sekolah kawasan yang pake tes, tapi tetep aja.)

Dan bagi anak-anak yang nggak njoki pasti merasa sakit hati. Secara, udah berbulan-bulan belajar, try out, latihan, les ini itu lah, biar bisa ngerjain unas dengan jujur. Eh tapi malah ada banyak yang ambil cara instan. Yang bikin lebih ironis adalah fakta bahwa: gampang banget dapet joki! Bahkan ada yang cuma seharga 10-15 ribu rupiah.
Kalo dari kecil aja udah banyak yang gini, jangan ditanya dong "Kenapa banyak koruptor di Indonesia"
obvious lah jawabannya. -__-

Memang sih, semua anak pingin punya kesempatan sekolah di SMA bagus, karena kualitas sekolah di Indonesia memang masih jauh dari kata 'merata', tapi caranya sih salah. Kasian kan yang memang bisa dan jujur.  Sedikit-sedikit aku bisa ngerti perasaan 'terdesak' yang dialami para pengguna joki. Desperately pingin masuk sekolah bagus.
And, no, aku nggak benci sama mereka yang njoki kok. Cuman menyayangkan keputusan mereka sih..
Nah kalo gini salah siapa? Salah si joki yang menyediakan cara tidak sehat? Salah si anak yang mengambil cara tidak sehat? Atau salah pemerintah yang bikin UNAS yang secara tidak langsung menanamkan pemahaman dan membuktikan pada anak bahwa segala hal bisa dilakukan dengan jalan pintas meskipun tidak sehat?

Aku tidak berani menjawab :D Pokoknya, be proud of doing the right thing! Karena Allah Maha Melihat. (ciee)


3 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. maaf dir diriku harus delete comment karena ternyata kurang enak kalo di baca orang2._. aku comment lewat dm ajayaaaa,intinya aku suka postinganmu ini sangat!!

      Delete
    2. Maafkan diriku sisca, aku baru lihat comment mu disini;;__;; dan tidak ada dm...
      Btw terimakasih banyaak!! Sungguh ironis pendidikan di sini yah

      Delete